Aku Sehelai Daun

Kali ini aku ingin memulainya. Bukan memulai lebih tepatnya. Tetapi mengulang kembali duka yang selalu singgah dihati. Tak pernah jera, juga tak pernah lelah. Aku ingin mencoba, bukankah ini fitrah ?.

Aku bagai sehelai daun..



Aku bagai sehelai daun, yang bermimpi selamanya menetap dibatang dan bercengkrama bersama serangga, menyapa kupu-kupu dan bersiul bersama burung-burung nan cantik. Akulah sehelai daun, yang tumbuh sejak kuncup hingga tua gelap, menyimpan banyak klorofil.

Aku bagai sehelai daun

Mengeja hati, menikmati masa-masa menjadi daun yang muda. Menanti embun dipagi hari, mempersiapkan diri agar terus tumbuh menjadi daun tua yang memberikan oksigen sejuk di udara, rimbun daunku menjadi payun untuk berteduh dari panas dan hujan.

Aku bagai sehelai daun


Tak punya malu iri pada kuncup bunga yang sedang mekar. Bosan dengan warna hijauku. Aku ingin berwarna warni, merah, kuning, jingga. Aku daun tak tahu diri.

Aku bagai sehelai daun

Membiarkan tubuhku terlepas dari batangku, melayang terbawa angin, terhempas ketanah. Mempersilahkan siapapun menggerogoti tubuhku, menyuburkan tanah.

Aku bagai sehelai daun

Yang berani mencintai matahari agarku mampu bertahan, yang berani mencintai matahari karena aku menyukai sinarnya yang menghangatkan, yang berani mencintai matahari dan mengambil energinya untukku berfotosintesis.

Ya Rabb..

Aku bagai sehelai daun yang mencintai mentari, yang tak ingin tak melihatnya secara lantang sedang yang lain malah bersembunyi di rimbun daunku. Sungguh aku mencintai Matahari yang kilaunya menyakitkan mata, panasnya menggagas jiwa, namun aku tetap mencintai Mentari..

Maukah ku ceritakan mengenai mentari itu, mentarik yang tak bisa kulupa wajahnya hingga hampir empat tahun lamanya. Mentari yang acapkali ku cari keyword nya, Mentari yang ternyata adalah dia yang begitu dekat denganku, menjadi lecture sekaligus kakak dalam studyku. Tak pernah ada percakapan diantara kami, aku hanya selalu merasakan detak berbeda jika melihat wajahnya. Dia sederhana, dan biasa saja..

Aku bagai sehelai daun

Yang takkan mampu merengkuhnya, diam-diam merasakan indahnya perasaan ini. diam-diam mencintainya yang tak mungkin untukku.

Aku sehelai daun
sebab, daun yang jatuh tidak pernah membenci Angin...





Untukmu : My Lecture..

Leave A Comment