Jujur itu Kadang Menyakitkan

Pagi ini saya jadi mengingat banyak hal. Termasuk pertemuan saya dengan seorang mahasiswa Pasca sarjana Ilmu Pemerintahan dua hari lalu. Namanya saya lupa, yang jelas wanita itu adalah seorang dosen yang mengajar di Universitas Muhammadiyah Bandarlampung. Menggunakan bahasa inggris dan indonesia kami mengobrol banyak hal tentang Integritas Bangsa.

"Integritas adalah nilai kejujuran," itu katanya.

"Bangsa ini sekarang luntur nilai kebangsaannya. sekarang makin diperbudak oleh problematika dunia yang antah berantah. Padahal dunia hanya tempat singgah," ujarnya.

Saya menyimak, sambil tersenyum lalu melempar pertanyaan. "Any Idea for show up Integrity now Mrs..?".

Dia tersenyum menatap mata saya lekat-lekat. "Apa yang kamu lakukan hari ini, jika kamu merasa bahagia dan kamu tetap tersenyum, tidak bertentangan dengan hatimu meskipun penuh hujatan dan banyak orang menjegal langkahmu, namun kamu terus berjalan. artinya kamu sudah menunjukkan kejujuran pada jiwa mu sendiri," ujarnya penuh semangat.

Saya melempar senyum, dan mengulurkan tangan memperkenalkan nama. karena begitulah kebiasaan saya berbincang dan lupa menanyakan nama.

Mendengarkan ucapannya saya faham dan sadar betul banyak hal yang mesti menjadi pelajaran berharga dalam hidup ini. Melakukan segala sesuatu yang tidak bertentangan dengan hati nurani adalah pelajaran tersulit dalam menumbuhkan nilai integritas. Jujur untuk hatimu sendiri. simpel namun penuh arti.

wanita itu berkata lagi "Kadang jujur itu menyakitkan nak, tapi percayalah akan ada balasan dari kejujuran pada hatimu sendiri, kamu pasti pernah merasakan itukan ? binar matamu menjelaskan banyak hal disana," ujarnya meninggalkan saya yang terpaku.

Saya masih menatap jauh pundak bidangnya, berlalu keluar gedung D FISIP dan pergi meninggalkan saya denga suzuki ertiga keluaran terharu. saya tercengang dan masih terdiam dalam riuh rendah mahasiswa yang sibuk dengan karya tulis sebagai syarat menuju skripsi nya yang entah apakah mereka dan saya jujur menuliskan sebait-demi sebait kata tanpa plagiatisme. atau mengingat tulisan seorang teman bernama Ramadhan yang ditulis dalam blognya. lebih baik tidak menulis dari pada harus Plagiat.

"Sudahkah saya jujur pada diri saya sendiri ?".

Kemudian saya tersenyum dan malam ini saya faham, bahwa kejujuran adalah mahal harganya..

Leave A Comment