Namaku Maya

Namaku Maya…

Ayahku usianya 48 Tahun Ibukupun usianya sama dengan ayahku. Ayahku hanya seorang supir, supir angkutan umum. Ibuku seorang Pegawai Negeri Sipil, Guru SD tepatnya. Kata Ayah sejak bujang, ayah sudah bekerja menarik angkot. Ketika menikahi Ibu, keluarga besar Ibu tidak setuju karena Ayah hanya seorang Supir.

Setelah menikah, dan usiaku menginjak 5 Tahun. Waktu itu aku sudah memiliki 2 orang adik laki-laki. Kami tinggal mengotrak. Ibuku galak sekali. Setiap sebelum magrib sampai menjelang Isya tangannya sudah memegang bilah bambu panjang. Menyuruh aku dan kedua adikku duduk, memasangkan kain sarung dan mukena. Kami harus belajar mengaji. Sungguh, itu waktu yang paling kami benci. Sebab, ibu selalu marah saat aku salah menyebutkan kata dalam alma’surah itu. Aku benci sekali waktu magrib sampai dengan isya.

Usia 5 tahun pula, aku pernah menjadi anak yang nakal. Main dengan temanku dan keluarganya ke Gereja saat hari minggu, ikut bernyanyi-nyanyi haleluyaa, memasukkan uang yang kuminta dari ibu sebelum berangkat kedalam kantong hitam yang dibawa orang berjubah hitam keliling-keliling sambil haleluyaa.

Usia 5 tahun, aku juga pernah menjual sepeda roda 3 milikku dengan dua sadel (tempat duduk) yang baru sebulan diberi ibu agar aku bisa bermain sepeda membonceng adikku ke tukang ooeet ooeet. Ituloh pedagang gulali dan mainan yang suka datang berbunyi ooeet,ooeet,ooeett. Menukar sepedaku yang masih baru dengan mainan Bepe (boneka dari kertas) dan permen gulali. Karena kenakalanku itu, sepedaku hilang dibawa penjual ooeett-ooeett dan kakiku dipukul ibu pakai sapu hingga biru-biru.

Usia 6 tahun aku sudah sekolah taman kanak-kanak ditahun kedua. Aku bisa membaca waktu usiaku baru 6 tahun. Rajin membeli majalah bobo dan membaca buku dongeng yang dibawa ibu dari sekolahnya. Usia 6 tahun aku sudah berani lomba baca puisi, lomba menari dan semua lomba yang ada pasti aku ikuti. Aku tumbuh menjadi Maya yang pemberani, Maya yang berprestasi.


Namaku Maya, kini aku sudah tumbuh dewasa. Usiaku sudah duapuluh dua tahun, usia menjelang dewasa. Sekarang aku sibuk mengerjakan banyak hal. Berfikir rumit sok seorang dewasa. Padahal, aku selalu pusing setiap kali berfikir terlalu berat.

Namaku Maya, duatahun lalu aku menjadi tergila-gila pada dunia anak-anak. Menertawakan diri sendiri ketika mengingat masa kecilku yang keras. Maya… kini pintar mengaji, menjadi guru ngaji delapanpuluh santri Taman pendidikan Al-qur’an dilingkungan tempat tinggal Maya, mengajar sana-sini dan menemukan bahagianya. Maya adalah aku… aku adalah Maya….


Leave A Comment