Please, Donate your BLOOD!



"Pernah Azam badannya panas, saya hanya bisa menangis. Terbayang-bayang ucapan dokter. Kalo anak saya hanya bisa bertahan hidup dibawah usia 12 tahun saja," 

Ruang Unit Thallasemia Rumah Sakit Umum Abdul Moelok Bandarlampung. Kamis, 23 Januari 2014.

Cuaca mendung. Gerimis berderai. Seorang bocah usianya baru 2 tahun 6 bulan. Laki-laki. Muhammad Azzam namanya. Kulitnya coklat, nyaris menghitam. Perutnya buncit, berbaring dibangsal. Tangan sebelah kanannya tertusuk jarum besar, dari selang mengalir darah segar A+. Itu darahku.

Azam terlihat biasa di transfusi. Mulutnya tidak henti berkicau. Bernyanyi-nyanyi mengikuti iklan di Televisi 21 Inci yang dipasang ditengah-tengah ruangan berkapasitas 10 bangsal itu. Ah, ajaib. Akhirnya aku bisa bertemu langsung dengan adik Azam. Adik yang hari ini dialiri 250 cc darah segar milikku. Azam, Matanya besar, tawanya riang.

Azam menyambutku dengan senyum. Kemudian tertawa ketika kutawari dua gagang permen rasa coklat dan melon. Tertawa lagi. Merengek minta dibukakan permennya ke sang ibu, Yuni.

"Azam makannya banyak tante, jajannya juga banyak. Mulutnya cerewet, gak mau berhenti makan sama ngomong," ujar Yuni.

Ah, terlalu cepat menyimpulkan bahwa Azam sebenarnya tidak sakit. Benar. Azam terlihat biasa saja. Dalam posisi berbaring dia menikmati darah segar mengalir ditubuhnya. Baru sekitar 50 cc, Azam menggaruk wajahnya. "Gatel Ayah," ujar Azam sambil menggaruk perutnya.

"Itu biasa efeknya tante, kalo Azam tranfusi," terang wanita berusia 26 tahun itu.

Azam terus bernyanyi mengikuti iklan di Televisi. Azam cerdas. usianya baru 2,6 Tahun tapi hafal semua lagu dengan celoteh cedalnya. berteriak-teriak mengganggu kakak sesama penderita, Vrisillia yang sudah selesai Tranfusi disebelah bangsalnya. Lagi-lagi kami tertawa bersama.

Ah, Azam.

Begitu banyak orang yang enggan mengalirkan darahnya karena takut jarum suntik. Sepertinya kamu sudah terbiasa. Ketika sebagian orang, mengacuhkan saat mobil unit PMI berkeliling mencari darah untuk stok bagi kalian yang membutuhkan darah, kamu justru tetap tersenyum memberi harapan untuk sang bunda.

"Saya optimis Azam bisa bertahan hidup lebih lama tante, Saya takut punya anak lagi. Azamlah yang akan saya pertahankan hidupnya dengan maksimal mungkin. Kami hanya butuh pendonor tetap untuk para penderita Thallasemia. Hanya itu. Sekantung darah itu membawa kehidupan untuk anak kami, kehidupan untuk kami. Orangtua penderita Thallasemia,"


Ah, Azam. Terimakasih untuk pelajarannya hari ini. Pelajaran untuk selalu berbagi, berbagi lewat tetes darah...
 

Leave A Comment