Posted on Rabu, 22 Januari 2014 · Leave a Comment
Agustus 2013.
Pertama kali meninjau lokasi calon markas Rumah Baca Asmanadia bareng Silvana. Waktu itu, hari sudah mau sore, dianter kak Rasyid kami sampai di Yayasan Sepakat Karya Utama. TK Almunawaroh di Bumi Waras. Aku melompat girang. Rumah ini, Keren! dan Perosotan.... aku langsung teringat masa kecilku.
Gaklama liat-liat rumah, dua orang bocah datang. Dua-duanya berambut pendek.Indah 10 tahun dan Tika 8 Tahun. Dua anak yatim ini menenteng bungkusan. Isinya baju baru, sepatu baru, dan bando baru. Mereka menghampiriku yang asik duduk di ujung perosotan.
"Mereka anak yatim piatu yang diasuh umi," ujar kak Rasyid
Indah meletakkan kantong kreseknya didekatku duduk. Tika langsung berlari keatas perosotan. Naik dan srutttttttt Tika tertawa saat tubuhnya meluncur deras. Aku tari tubuhnya, kemudian kupangku.
"Nama kamu siapa?," ujarku
"Tika. Kak aku punya baju baru, tadi dari pasar," begitu jawabnya
"Oya, mana? lihat kakak," ujarku antusias
Dia membongkar tas kreseknya. direbut Indah, dipelototi. Tika Rambunya pendek, tubuhnya kecil dan kurus, matanya berbinar. Tasnya direbut lagi. Dia mengeluarkan baju berwarna merah, celana leging, sendal dengan hak 5 CM, dan bando berwarna merah.
"Aku pake, nanti aku jalan kayak pragawati ya kak," ujar Tika. Indah tertawa. Ikut-ikutan membongkar tasnya. memakai sepatu barunya.
Tika juga, rambutnya potongan bop dipakaikan bando, dengan rok merah dan baju batik sekolah yang belum diganti. dia berjalan mengikuti gaya pragawati ditivi. kemudian terpeleset jatuh. Kami tertawa.
.....
Itu kali pertama aku mengenal Tika. Sejak hari itu aku dekat sekali dengan Tika. Meneriakinya ketika aku masuk ke Rumah Baca, mengajaknya membaca buku serial upin-ipin berjudul berkebun, tertawa, dia memelukku jika ingin disuapi kue, menciumi pipiku saat aku pamit pulang. ah, Tika....
Anak Yatim Piatu tanpa keluarga.
Apa kabar kamu disana? Maaf, jika niat kami memperbaiki akhlakmu dan kakamu Indah gagal. Justru, karena kecerobohan kami. Kalian dibawa pergi. Meskipun aku tahu, kalian memang salah. kalian memang anak yang nakal.
Tapi, bagiku dunia anak-anak dunia yang sangat sederhana. Kita manusia yang mengaku dewaslah yang membuatnya rumit. Menanggapi kelakuan anak-anak dengan keras. Memisahkan mereka dengan teman-teman yang sudah menemaninya bermain selama bertahun-tahun.
Tika, aku merasa bersalah. Hingga ingin rasanya melepaskan semua yang sudah diperjuangkan bersama di awal. menganggap bahwa 2 aset besar tiket ke surga justru dilepaskan sia-sia. Tika, maafkan kami...
Pertama kali meninjau lokasi calon markas Rumah Baca Asmanadia bareng Silvana. Waktu itu, hari sudah mau sore, dianter kak Rasyid kami sampai di Yayasan Sepakat Karya Utama. TK Almunawaroh di Bumi Waras. Aku melompat girang. Rumah ini, Keren! dan Perosotan.... aku langsung teringat masa kecilku.
Gaklama liat-liat rumah, dua orang bocah datang. Dua-duanya berambut pendek.Indah 10 tahun dan Tika 8 Tahun. Dua anak yatim ini menenteng bungkusan. Isinya baju baru, sepatu baru, dan bando baru. Mereka menghampiriku yang asik duduk di ujung perosotan.
"Mereka anak yatim piatu yang diasuh umi," ujar kak Rasyid
Indah meletakkan kantong kreseknya didekatku duduk. Tika langsung berlari keatas perosotan. Naik dan srutttttttt Tika tertawa saat tubuhnya meluncur deras. Aku tari tubuhnya, kemudian kupangku.
"Nama kamu siapa?," ujarku
"Tika. Kak aku punya baju baru, tadi dari pasar," begitu jawabnya
"Oya, mana? lihat kakak," ujarku antusias
Dia membongkar tas kreseknya. direbut Indah, dipelototi. Tika Rambunya pendek, tubuhnya kecil dan kurus, matanya berbinar. Tasnya direbut lagi. Dia mengeluarkan baju berwarna merah, celana leging, sendal dengan hak 5 CM, dan bando berwarna merah.
"Aku pake, nanti aku jalan kayak pragawati ya kak," ujar Tika. Indah tertawa. Ikut-ikutan membongkar tasnya. memakai sepatu barunya.
Tika juga, rambutnya potongan bop dipakaikan bando, dengan rok merah dan baju batik sekolah yang belum diganti. dia berjalan mengikuti gaya pragawati ditivi. kemudian terpeleset jatuh. Kami tertawa.
.....
Itu kali pertama aku mengenal Tika. Sejak hari itu aku dekat sekali dengan Tika. Meneriakinya ketika aku masuk ke Rumah Baca, mengajaknya membaca buku serial upin-ipin berjudul berkebun, tertawa, dia memelukku jika ingin disuapi kue, menciumi pipiku saat aku pamit pulang. ah, Tika....
Anak Yatim Piatu tanpa keluarga.
Apa kabar kamu disana? Maaf, jika niat kami memperbaiki akhlakmu dan kakamu Indah gagal. Justru, karena kecerobohan kami. Kalian dibawa pergi. Meskipun aku tahu, kalian memang salah. kalian memang anak yang nakal.
Tapi, bagiku dunia anak-anak dunia yang sangat sederhana. Kita manusia yang mengaku dewaslah yang membuatnya rumit. Menanggapi kelakuan anak-anak dengan keras. Memisahkan mereka dengan teman-teman yang sudah menemaninya bermain selama bertahun-tahun.
Tika, aku merasa bersalah. Hingga ingin rasanya melepaskan semua yang sudah diperjuangkan bersama di awal. menganggap bahwa 2 aset besar tiket ke surga justru dilepaskan sia-sia. Tika, maafkan kami...
Categories:
Mengenang TIKA