Kisah Rafi (Anakku lahir tidak Sempurna) #2



Surat kedua Ibunda Rafi...


Sebelumnya aku udah bingung bagaimana cara menghadapi ujian ini,karna menurutku ini hadiah yang sangat luar biasa yang diberikan oleh sang pencipta..

juli lalu aku baru lahiran putra ke dua ,di Rs Kartika Medical Center Sukabumi Anaku lahir normal dengan bb 2,2 gr dan pb 42cm,memang dari bulan pertama aku mengalami berbagai keluhan dan beberapa kali di rawat karna susah makanan masuk dan selalu muntah muntah sampai dengan umur 4 bulan,terakhir aku sampai pingsan dan sesak karna sakit gigi dan aku masuk icu lagi,allhamdulillah dari situ aku sudah mulai normal dan tidak mual mual lagi.aku selalu rajin memeriksakan kandungan ku ke dokter tidak pernah lewat,dan prediksi dokter aku lahiran awal september..

Atetapi memasuki bulan juli 1 minggu sebelum lahiran aku mengalami keluaran air seni secara spontan,akhirnya malamnya aku dibawa ke ugd dan menurut perawat itu hanya keluaran air kencing biasa karna ada tekanan dari dalam,dan perawat serta dokter pun mengijinkan aku kembali ke rumah,akan tetapi malam malam pukul 3 ,aku keluaran air seni lagi malah bertambah banyak,karna aku pikir kata perawat itu biasa aja jadi aku gak berpikiran macem macem.tapi lama kelamaan sampai paginya aku keluaran cairan gak berenti berenti sampai pagi dari jam 3 malem itu,dan perutku sangat tegang,aku kembali lagi ke rs dan berkonsultasi pada dokter,setelah aku diperiksa ternyata itu adalah air air seni dan ketuban,akhirnya dokterpun memutuskan untuk memberikan perawatan intensif,dengan cara mempertahankan kandungan ku 1 minggu lagi dengan alasan karna si janin paru parunya belum matang jadi pada saat itu aku diberikan obat pematang paru untuk janin nya dan dokter masih berusaha mempertahankan usia kandungan ku sampai betul betul maksimal.

ya Allah aku sudah pasrah pada saat itu karna perutku terus ada kontraksi di sisi lain aku harus bertahan untuk keselamatan bayiku,berbagai suntikan dan obat obatan yang diberikan dokter untuk menyelamatkan aku dan bayiku,dan kondisi pada saat itu aku tidak boleh bergerak sama sekali karna setiap ada gerakan aku selalu keluar cairan dan pada saat itu posisi tidurku harus miring tidak boleh terlentang.selama 3 hari aku di rawat kondisiku sudah mulai pulih,akhirnya aku meminta pulang kepada dokter walaupun pada saat itu dokter hanya tidak seratus persen memberikan ijin pulang,akhirnya pukul 17'40 wib aku pulang kerumah.selama 1 jam di rumah perutku kembali ada reaksi dan perutku bahkan tegangnya makin hebat,akhirnya di hari yang sama aku di bawa lagi ke rs yang sama dan setelah di periksa dokter aku sudah ada flek dan pembukaan.

Ya Allah aku pernah mengalami lahiran tapi sakitnya tidak pernah sehebat ini,perasaan ku sudah pasrah dan aku berfikir mungkin hidupku akan berakhir,akhirnya pada pukul 02.01wib hari sabtu 28 juli 2013 anaku lahir dengan persalinan normal,akan tetapi pada saat karna kondisiku masih lemah dan mataku masih setengah sadar,aku hanya melihat wajah dokter saja,tapi swamiku tidak ada beserta bayiku,sampai aku dibawa ke ruang rawat inap aku masih setengah sadar,tapi aku melihat perawat dan yang lainya seperti menyembunyikan sesuatu dari aku,dan akupun belum melihat swamiku lagi dari pas bersalin,akhirnya aku tanya''gimana bayi nya ko blm di anter juga '' karna setauku bayiku harus IMD SAMPAI PUKUL 14.20 WIB mertuaku dan saudara yang lainya baru menjelaskan kalau anaku harus segera di bawa ke bandung ke RS.Santo Borromeus aku di perbolehkan melihat kondisi anaku untuk pertama kalinya Subhaallah anaku begitu istimewa dengan segala kelebihanya,akhirnya anaku dibawa ke bandung dan dilakukan tindakan oprasi tahap awal ,jujur aku gak ngerti istilah kedokteran namanya apa tapi dokter hanya menjelaskan kalo masalah tidak ada anus itu sering di jumpai ,tapi anaku ada 3 faktor tidak ada lubang puser,anus dan alat kelaminya tidak berbentuk sempurna,serta tidak mempunyai usus besar,dan posisi tulang anaku terbuka tidak menutup seperti anak normal lainya.ya Allah aku sempat putus asa dan serasa tidak bersemangat lagi,sampai saat ini dokter masih mengusahakan yang terbaik,dan 4 bulan lagi anaku kembali ke RS tersebut karna menurut dokter akan ada tindakan selanjutnya ,dan mungkin akan ada beberapa tahap lagi,jujur dengan ada nya masalah ini aku sudah berusaha apalagi dari segi financial mungkin selanjutnya akan lebih besar lagi karna akan ada beberapa tahap lagi,akhirnya aku berinisiatif untuk berbagi cerita ini dan ingin mengangkat ke media ,mudah mudahan ada penyelesaian yang terbaik untuk anak ku yang saat ini aku beri nama Rafi Ramadhan Furqon ,jujur setiap hari aku rawat anaku meski aku sering nangis pada saat mengganti kantung pembuangan yang aku buat sendiri ,yang bikin aku sedih lagi anaku selalu menangis pada saat aku ganti kantungnya,dan melihat kondisi alat vital nya aku selalu bertanya kenapa seperti ini. dan tan kemarin aku kembali chek up kondisi anaku dan di situlah dokter specialits bedah nya menjelaskan kalau anaku tidak bisa dirujuk ke rs lain kecuali ke lur negri ya Allah cobaan apa lagi ini.aku sempat putus asa,..

dengan adanya ini aku harap ada sorotan dari masyarakat luas untuk membantu pemecahan masalah anaku ini karna aku juga ingin punya anak yang normal seperti anak lainya..tolong ya bantu aku untuk pemecahan masalah ini ,aku kirim foto fotonya juga pada saat pertama anak ku lahir kondisi perutnya.terima kasih LYRA-

Kondisi Baby Rafi

Cerita-cerita ini adalah asli ditulis langsung oleh Ibu Lyra yang ditujukan ke saya melalui Berbagi Cinta. Jika ada yang tergerak hatinya untuk membantu ibu Lyra, silahkan hubungi saya di 085658788492 dan Silahkan cek Twitter @BerbagicintaLpg

Surat dari Ibu Lyra, Ibunda Rafi Lahir tanpa Usus Besar #1

Kali ini, adalah kali terberat yang saya terima. 
Bagaimana rasanya ketika ada oranglain meminta bantuan kita tetapi kita tidak bisa maksimal membantu. 
Ini adalah kisah seorang Ibu muda dengan Rentetan hadiah istimewa dari Allah untuk dirinya, keluarganya dan kini bayi mungilnya.
Saya menerima email ini beberapa hari yang lalu dan berbagi via @berbagicintaLpg


untuk anak anak saya :)

Kotak Masuk
x

https://ssl.gstatic.com/ui/v1/icons/mail/profile_mask2.png

Lyra Famia rahma <lyrafamiarahma@yahoo.com>
2 Des (8 hari yang lalu)
https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif

https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif
https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif
ke saya
https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif


Nama ku lira famia rahma aku lahir di jakarta 7 januari 1985,aku dilahirkan di rumah sakit Fatmawati jakarta,kehidupanku jauh beda tidak seperti anak anak perempuan lainya ,hidupku cukup panjang dan lebih banyak harus berjuang untuk bertahan hidup dibanding bersenang senang :) ,orang mengatakan aku sudah di tinggalkan orang tuaku semasa di rumah sakit entah kemana mereka sampai sekarag aku jujur tidak tau keberadaan mereka yang aku tau pada tahun 1992 aku mendapat kabar ibuku meninggal,tapi tentang ayahku jujur aku sampai sekarang tidak tau seperti apa dia,pengalamankusangatlah bukan untuk di contoh sd ,smp aku selalu di bully karna teman temanku mengganggap aku aneh suka menyendiri  berdandan aneh sendiri lucu memang tapi ya sudahlah mereka aku maafkan beranjak smu aku sudah mulai berfikir bagaimana caranya bertahan hidup,karna selama ini aku hanya dibesarkan oleh seorang nenek yang saat ini sedang sakit.


Anak anak neneku aku anggap aneh terhadapku tapi entah kenapa sekarang ini mereka berbalik menjadi baik sekali dan perduli,aku tidak tau apa yang mereka liat dari saya sehingga mereka bisa berubah,di tahun 2005 aku bertemu dengan seorang pria yang aku anggap baik bisa menjaga ku dan melindungiku tapi dugaanku salah saya menjadi merasa takut oleh suamiku sendiri karna ia sangat kasar tapi yang membuatku bahagia Allah memberi hadiah kepadaku seorang anak laki laki di tahun 2007 yang kuberi nama Davin dia sekarang berumur 7 tahun ,tapi sayang pernikahan ku dengan papahnya hanya bertahan sebentar karna aku harus melanjutkan hidupku tapi bagaimana caranya agar anaku tetap terawat akhirnya aku titipkan kepada neneknya di bekasi  Allhamdullilah sampai sekarang kami berhubungan baik dan saya bisa bebas bertemu kapan saja saya ingin menjemputnya :).


di tahun 2012 saya bertemu dengan seorang pria bernama Chilfi saya tidak di setujui  oleh keluarganya karna dia sudah ada jodohnya mungkin lebih baik daripada saya,yang sederajat berpendidikan tinggi karna keluarga suamiku berasal dari keluarga yang berpendidikan tinggi dan terhormat susah rasanya untuk masuk ke keluarga ini dengan latar belakang yang aku punya :) ya itu sudah aku lalui terserah mereka beranggapan apa aku hanya ingin mulia di mata Allah,di tahun 2013 tanggal 28 juli aku dikaruniai putra lagi yang ku beri nama Rafi Ramadhan Furqon,Allah menghadiahi aku begitu banyak Anaku yang ke Dua ini sangatlah istimewa di banding anak lainya anakku lahir tanpa organ tubuh yang lengkap dia tidak punya usus besar,tali pusar,alat kelamin tidak terbentuk,tidak punya anus serta jari kaki anaku hanya 9 Subhallah dia begitu istimewa di mata saya,anaku sudah menjalani oprasi tahap pertama dan entah kapan akan ada beberapa kali operasi lagi dan entah berapa lagi biayaya yang harus saya siapkan aku tidak punya apa apa aku hanya punya Allah yang maha segalanya,saat ini aku tinggal di bogor di kamar kecil yang diberikan mertuaku awalnya aku berada di kamar yang besar tapi aku di suruh pindah dengan alasan kamar ini sebetulnya untuk adik suamiku :)) lucu juga ya masalah sebuah kamar padahal di rumah ini kamarnya banyak kosong semua,mertuaku tinggal di sebelah rumah ,bisa dibilang kita bertetangga :) tapi entah kenapa aku tidak merasa nyaman di sini dengan kondisi, sikap sikap mereka :) tapi ya sudah ini mungkin salah aku sudah masuk dalam kehidupan mereka ini yang harus aku terima "semangaaaaaat liraaa" apalagi ketambah punya anak yang istimewa jarang sekali dari mereka yang menanyakan tentang anak aku atau bahkan menggendongya ,mereka lebih memilih mengurus anak dari adik suami aku anak itu sering di banggakan di bawa keliling komplek "hati saya hanya tersenyum melihat dari jendela''Rafi tidak apa apa kamu punya Mamah,kakang Davin juga Allah yang bisa memberi kita segalanya tetap senyum untuk mamah nak,untuk menghadapi masalah ini tidaklah mudah bagaimana aku mempunyai uang yang begitu banyak untuk anaku Rafi ya aku hanya punya Allah :)



''Davin,Rafi inilah mamah yang selalu siap untuk kalian kapanpun kalian butuhkan mamah hanya punya doa ,mamah selalu ada berdiri paling depan untuk kalian di saat kalian merasa takut,malu dll karna orang orang di luar sana mamah ada di sini jangan melihat mamah di saat mamah sudah tua,bau,tidak mendengar mungkin penglihatan sudah tidak jelas atau akan banyak membuat kalian kesal tapi tolong lihatlah mamah di saat menenangkan kalian di saat kalian nangis,dan untuk Rafi :) ingatkah kamu nak' di saat kamu tidak nyaman karna colostomy yang mamah buat tidak bagus sehingga membuat kamu tidak nyaman :)

Mamah tidak mau seperti mereka yang lebih memilih meninggalkan mamah di banding menghadapi masalah hidup bersama.

jadilah Anak hebat untuk mamah ingatlah mereka yang membantu kalian dan ingatlah hari ini dimana mamah mulai merasa habis tenaga ....



Tapi mamah tidak mau menyerah selama tangan,kaki,mata mamah bisa berusaha yakinlah kita akan lalui bersama..

Tetaplah tersenyum ,tetaplah berjalan,tetaplah berpegangan..Mamah ada di sini...



Jika ada yang mau membantu. Silahkan kontak @berbagicintaLpg melalui Virda : 085658788492 atau via BNI : 0195812941 (Khusus *berbagicinta)

,

Ditinggal bukan Tertinggal

Pulau Pisang

Matahari mulai sepenggal naik. Pagi itu, Selasa (15/5) Perahu kecil tidak bermesin atau lazim disebut Jukung milik penduduk Pekon (kampung) Pasar mulai berdatangan satu persatu. Menepi menuju pelabuhan tidak berbeton. Pelabuhan tidak bernama namun begitu berarti bagi sekitar lima ratus masyarakat Pekon Pasar Pulau Pisang Kabupaten Lampung Barat dalam menggantungkan hidupnya.

Dari kejauhan perahu biru milik seorang nelayan berbadan gemuk mulai menepi. Susah payah lelaki tengah baya dengan topi usang berwarna putih itu mengayuh dayung. Melawan besarnya deburan ombak selat Pulau Pisang setinggi tiga meter. Dari seberang pelabuhan Pekon Pasar, empat orang nelayan lain yang menunggu di pelabuhan mulai mendekat kebibir pantai. Menanti kedatangan jukung lelaki itu. Setelah hampir menepi, nelayan tersebut membantu menepikan jukung dengan mengangkatnya ke pinggiran pantai.

Pagi itu, nasib tidak berpihak pada Lukman Hakim (50). Setelah hampir 10 jam di tengah Samudera Hindia, mengail senar, mengulurkan mata pancing di kedalaman Samudera ikan besar tidak juga menyambar umpan ikan kecil yang dipasangnya. Ikan Marlin atau sering disebut masyarakat ini sebagai Iwa Tukhu memang menjadi incaran besar para nelayan. Mata kail Lukman hanya disambar ikan tenggiri kecil berukuran tigapuluh sentimeter, jumlahnya tak lebih dari sepuluh ekor.

Lukman begitu kecewa, begitu pula nelayan yang membantu menarik Jukung Lukman. Mereka berharap mendapat bagian seekor ikan hasil pancingan Lukman pagi itu. Tradisi nelayan masyarakat Pulau Pisang memang selalu membagi ikan kepada nelayan lain yang membantu menarik jukung. Namun, karena Lukman tidak mendapat hasil nelayan yang banyak maka dengan berbesar hati mereka menerima.

Mak dapok ngebagi yu, mansa ne cutik (tidak bisa membagi ya, dapatnya sedikit),” ujar Lukman dengan Bahasa Lampung Pesisir yang memang menjadi bahasa sehari-hari masyarakat di Pulau ini.

Hasil tangkapan Lukman dua ekor dibawa pulang, sisa hasil nelayannya ditimbang kepada penampung. Beratnya tak lebih dari lima kilogram. Hasil nelayannya hanya dibayar limabelas ribu perkilogram. Uang hasil menjual ikan tangkapannya itulah dibawa pulang untuk menghidupi anak dan istrinya.

Berbeda dengan Lukman, Keberuntungan sedang berpihak pada nelayan lain bernama Suntori (40). Suntori berhasil memancing Iwa Tukhu berukuran besar. Beratnya mencapai 45 kilogram. Suntori membawa ikan besar bersayap ungu itu kepenampung. Menjual satu-satu nya ikan yang didapatnya dari tengah Samudera Hindia seharga duapuluh tiga ribu rupiah perkilogram.



Kehidupan masyarakat Pekon Pasar berbeda dengan aktifitas masyarakat Pekon Sukadana Pulau Pisang. Jika hampir 99 persen Masyarakat Pekon Pasar bermatapencaharian sebagai nelayan. Masyarakat Pekon Sukadana hampir keseluruhan adalah petani cengkeh, Petani Kopra, Penenun Kain Tapis dan Benang Emas.

Seperti halnya Nurwasih (55), Perempuan beranak lima ini mulai berbenah siang itu. Dengan modal kantung kresek kecil, ia dan anak bungsunya Zubaidah (15) menuju kebun cengkeh miliknya di atas bukit. Memungut seputik-demi seputik buah cengkeh yang memang sudah jatuh ketanah. Nurwasih memang sengaja tidak memetik buah cengkehnya dari atas pohon, karena memang buah cengkehnya belum siap panen.

Setelah hampir dua jam berlalu, tidak banyak hasil yang didapatnya siang itu, hanya secanting cengkeh basah yang jika dijual seharga lima ribu rupiah. Agar hasilnya banyak Nurwasih tidak menjual cengkehnya. Ia, akan mengumpulkan dulu butir cengkehnya kemudian menjemur cengkehnya hingga kering selama empat hari. Jika sudah kering baru dijual seharga seratus ribu perkilogram.

Berbeda dengan Masyarakat lainnya, Puti (50) tengah sibuk membelah buah kelapa. Membuang air didalamnya kemudian menjemur kelapa tersebut sampai menjadi kopra. Puti merupakan salah satu dari sekitar duapuluh persen masyarakat pulau pisang yang bekerja sebagai petani kopra. Buah kelapa yang diambil dari hasil kebunnya ini kemudian di jemur selama lebih kurang empat hari dan dijual seharga 28 ribu rupiah perkilogram.


Ibu empat anak ini sebelum bertani kopra, dahulunya merupakan petani cengkeh yang memang banyak berada di kawasan ini. Selain bertani cengkeh Puti acap kali menerima upahan menyulam tapis. “Dahulunya menyulam tapis, tapi sekarang sudah berhenti. 

"Mata sudah tidak melihat lagi,”kenang Puti. “Senang rasanya hidup dipulau ini meskipun sekarang mulai sepi, tapi rasa kekeluargaannya masih melekat erat,” ujar Puti.

Peratin Pekon Sukadana Rizal (50) mengatakan, kehidupan masyarakat pulau pisang sangat tentram. Hal tersebut yang membuat ia memutuskan untuk tetap tinggal dipulau pisang. “Meskipun saat ini warga banyak yang merantau, namun saya tetap menunggu pulau ini mungkin samapi akhir hayat saya,”tutur Rizal.
Rizal juga mengatakan, ,masyarakat pulau pisang hanya membutuhka pelabuhan dan transportasi darat. 

“Kami pernah meminta pemerintah membangun jembatan yang dapat menghubungkan pulau pisang dengan desa Tembakak," ujarnya.

Rizal mengungkapkan Pulau Pisang bukan daerah tertinggal, tapi daerah yang ditinggalkan. Masyarakat hidup maju disini namun sulit jika sedang angin barat karena tidak bias keluar dari pulau. “Masyarakat Pulau Pisang banyak yang berhasil seperti Dekan Fakultas Ekonomi Unila, ia berasal dari pulau pisang, dan masih banyak pejabat lain yang ada di Lampung,” ujarnya.


Sejarah, Menguatkan keberadaannya


Pulau Pisang merupakan pulau yang berada di tengah-tengah Samudera Hindia dan masuk dalam Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat. Untuk menuju pulau ini, diperlukan waktu sekitar satu jam dari penyebrangan Pelabuhan Koala dikota Krui Lampung Barat. Jukung yang digunakan sebagai transportasi penyebranganpun hanya berlayar diwaktu tertentu saja. Namun, jika ingin cepat masyarakat biasanya menggunakan jalur penyebrangan dari desa Tembakak. Jarak dari desa Tembakak menuju Pulau Pisang hanya lima belas menit menggunakan jukung bermesin.

Pulau Pisang merupakan pulau yang memiliki sejarah peradaban yang kuat. Adat istiadat Marga Way Sindi Olok Pandan sangat kental terasa. Rumah-rumah tinggi berdinding kayu yang lazim disebut lamban balak menjadi pemandangan paling menarik ketika berada di pulau pisang. Meskipun keadaannya mulai rapuh karena banyak yang tidak bepenghuni sebab ditinggal sang pemilik ketika tahun 1980 akibat matinya cengkeh-cengkeh milik mereka, menjadi saksi bisu bagaimana masyarakat di Pulau ini menganut Marga Lampung yang kental.

Masyarakat Way Sindi yang tinggal di Olok Pandan berjarak sekitar enam kilometer dari Desa Tembakak atau tujuh kilometer dari kota Krui. Hj. Zafrullah Khan Gelar Suntan Simbangan Ratu mengisahkan asal kata Way Sindi berarti pinggir air. Bermula ketika abad ke-17 masyarakat Way Sindi semakin banyak dan menuntut perluasan daerah. Akhirnya Saibatin atau pemuka adat Way Sindi Pangeran Simbangan Ratu mengutus seorang warga asal Biha yang biasa disebut Bathor atau pesuruh untuk melihat keadaan Pulau yang ada diseberang Desa Way Sindi layak tidak jika di tempati oleh masyarakat Way Sindi.

Atas titah Saibatin tersebut berangkatlah Bathor menuju pulau dengan menggunakan batang pisang yang memang banyak terdapat didaerah itu. Setelah sampai dipulau dan bermalam beberapa hari kembali lah Bathor menuju Way Sindi untuk melapor kepada Saibatin Bahwa Pulau tersebut bisa ditempati masyarakat.
Kemudian anak kedua Pangeran Sangun Ratu atas titah sang ayah Mail Gelar Raja Pesirah gelar Pangeran Sangun Ratu mengajak seluruh Masyarakat Way Sindi untuk berlayar menuju pulau dan mencari penghidupan dipulau tersebut. Pada saat itu masyarakat hanya menempati gubuk besar yang lazim disebut Sapu Balak. Masyarakat mulai bercocok tanam cengkeh dan kopra sedangkan makan hanya dapat memakan buah pisang hutan yang memang banyak tumbuh dipulau tersebut. Mulailah warga menyebut daerah tersebut dengan sebutan Pulau Pisang.

Pada abad ke-18 masyarakat membentuk sebuah Pekon pertama yaitu pekon Lok, kemudian menyusul kelima pekon lainnya yaitu Labuhan, Bandar Dalam, Sukadana, Sukamarga dan Pekon Pasar. Pada tahun17 September 1922 akhirnya pemuka adat memutuskan bahwa Marga Way Sindi merupakan Marga resmi masyarakat kelima Pekon Pulau Pisang dengan sebutan Way Sindi Olok Pandan kecuali Pekon Pasar yang memang bukan berasal dari keturunan Way Sindi.

Pada Tahun 1933, berlangsunglah pertemuan besar pemuka adat Way Sindi Olok Pandan yang menetapkan Muhammad Fadel Gelar Raja Kapitan menjadi Saibatin pertama marga Way Sindi Olok Pandan di Pulau Pisang.

Saat itu masyarakat Way Sindi Olok Pandan hidup makmur, cengkeh dan hasil kopra yang melimpah membuat masyarakat pulau pisang pada tahun 1968 menjadi daerah dengan pendapatan perkapita paling tinggi di Lampung. Namu sayang, ketika sedang jaya-jayanya. Seluruh tanaman cengkeh tiba-tiba mati kerena daun-daunnya terkena penyakit. “saat itu perekonomian sulit sekali, akhirnya banyak warga yang memutuskan untuk merantau,”kenang lelaki tiga anak ini.

“Muhammad Fadel gelar Kapitan itu adalah ayah saya, saat ini saya menjadi Saibatin Marga Way Sindi Olok Pandan,”ujar lelaki 72 tahun ini ketika ditemui di kediamannya di daerah Palapa Bandarlampung, Senin (29/05).

“Meskipun saya sudah tidak tinggal di Pulau Pisang, namun estetika sejarah tempat lahir saya masih melekat dihati. Peradaban marga kami justru yang membuat kami mempertahankan kampung halaman kami disana dengan menanam cengkeh kembali,”ujarnya.


Tenun Tapis dan Benang emas tak lekang tergerus zaman 

            Sore itu, saat matahari belum seterbenam, anak-anak kecil berumur lima sampai sepuluh tahun tengah asik berlari-lari dipinggiran pantai berbuih dan berpasir putih bersih. Bermain-main bersama deburan ombak sambil melompat-lompat kegirangan menghalau hempasan ombak. Tidak jauh dari situ, para nelayan masyarakat Pekon Pasar mulai berdatangan menuju pelabuhan. Membawa hasil laut setelah berjam-jam berlayar ditengah samudera.
Selain pantainya yang indah, serta aktifitas nelayan yang menarik. Sulam Tapis dan benang emas menjadi identitas tersendiri masyarakat pulau pisang. Kain Tapis mulai resmi digunakan oleh masyarakat pualu pisang sejak abad-19. Sejak itu kain tapis menjadi kain resmi yang harus digunakan masyarakat pulau pisang dalam berbagai prosesi adat lampung. Prosesi ighau pada tahun 1835 menjadi prosesi adat resmi yang mengukuhkan tapis sebagai ciri khas masyarakat pulau pisang.

Senja itu Riswen (40) Wanita berambut pendek dengan gaya sedikit tomboy mulai mengisi waktu senja hari dengan menenun Tapis. Kali ini Riswen sedang mengerjakan upah menenun kain tapis motif Latap. Motif ini merupakan jenis kain tapis dengan tenunan penuh. Sudah dua bulan Riswen mengerjakan sulaman tapis milik tetangganya ini.



Ditengah-tengah waktu senggangnya, Riswen selalu menyempatkan memasang Remidang yang terbuat dari kayu dan bambu untuk merenggang kain agar dapat diikat kencang,  menjahit kain perca pada bahan dasar tapis Sanguwos dan merekatkannya di ujung-ujung bambu menggunakan tali plastik agar kuat. Setelah kain kencang Riswen mulai membentuk pola sesak mutagh dengan pensil agar mudah di tenun.
Setelah pola jadi, Riswen mulai menenun. Merangkai benang emas dan benang jahit hingga mmembentuk pola yang indah. “Butuh waktu sekitar duabulan yang paling cepat untuk pengerjaan tapis motif Latap. Upah menenunnya saja satu juta limaratus, itu diluar bahan-bahan,” ujar wanita bermata sipit ini.
Riswen mengaku sudah sejak kecil fasih menenun tapis. Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama ia mulai menerima upahan menenun tapis. “Dahulu upahnya hanya tigaratus ribu, sekarang minimal satu juta,”ungkap wanita beranak empat ini.

Begitupula dengan Suharjo (31) lelaki berbadan kurus ini selain menjadi guru honor di SD Pulau Pisang juga tengah sibuk mengerjakan upahan menenun kain tapis. Dibawah temaramnya lampu listrik yang mengalir dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang memang hanya ada di pulau ini, jari-jemarinya tetap gapah menjahit benang emas. Suharjo memang terkenal rapih dalam menenun kain tapis. Meskipun laki-laki ia paling sering mendapat upahan menenun dari kota.

Suharjo sudah tertarik menenun sejak ia masih berumur sembilan tahun. Ia sangat senang melihat kakak wanitanya menenun kain tapis. Ketika itu ia mulai memperhatikan kakaknya menenun dan mulai mencoba menenun. Saat ini ia mulai fasih mengerjakan berbagai macam bentuk tenunan tapis, dari mulai motif tusuk pinggir, rumpun bambu hingga motif tumpal penuh yang biasa digunakan oleh pengantin adat lampung.
“Saya kuliah biayanya dari menyulam tapis, hingga sekarang lulus Diploma 3 Jurusan Bahasa Inggris,”ujar Suharjo.

“Saya tidak pernah merasa malu menyulam tapis, meskipun laki-laki selagi halal dan bisa menghasilkan uang kenapa tidak,”ujar lelaki yang memiliki seorang istri dan anak yang baru berumur tiga tahun ini.

Selain tapis, yang menjadi ciri khas dari masyarakat pulau pisang adalah Sulam Benang Emas. Hampir seluruh masyarakat pulau pisang mahir menyulam Benang Emas, menjahit kain Beludru dengan Sulaman Benang Emas menjadi kelambu, Khangok atau tutup pintu dan macam-macam hiasan singgasana pengantin.

Seperti yang sedang dikerjakan Sriyani (29). Wanita ini tengah sibuk menyulam kain Beludru sebagai khangok pesanan seorang warga. Sriyani sudah pandai menyulam sejak ia masih sekolah dasar.
“Biasanya diupah pergulungan benang, setiap gulung benang yang habis dibayar sembilan ribu rupiah,”ujarnya.



Proses pengerjaannya hampir sama dengan tapis yang membedakan hanyalah jenis benang emas yang digunakan. Biasanya benang emas yang digunakan untuk menenun benang emas lebih tebal. “Polanya beragam, dari pola daun, batang, bunga hingga binatang,”ujar wanita cantik ini.
“Untuk tutup pintu saja, saya mengerjakan sekitar lima belas hari dan diupah seharga tigaratus ribu rupiah,” ungkapnya dengan bahasa lampung pesisir.

“Kain Tapis dan sulam benang emas menjadi identitas resmi masyarakat pulau pisang, kami memiliki motif dan model jahitan tertentu yang menjadi ciri khas kuat masyarakat pulau,”ujar Sriyani.


...............


Masyarakat Pulau Pisang kini mulai menikmati kembali kejayaan dari hasil bumi berupa cengkeh dan kopra. Musim panen yang akan tiba dua bulan lagi, menjadi harapan besar masyarakat pulau ini untuk merubah nasibnya. Pesona pulau pisang pun mulai dilirik oleh wisatawan mancanegara. Pantai yang bersih dengan ombak setinggi 3-7 meter menjadi daya tarik tersendiri para wisatawan mancanegara. Selain itu, Eksotisme lumba-lumba pula menjadi buruan hangat para wisatawan.


Makanan Khas P.Pisang - Pindang Kucingan
Salah satu masyarakat pulau pisang Suharjo (50) mengatakan senang jika pulau pisang menjadi salah satu tempat referensi pariwisata di Lampung “Kami senang banyak wisatawan yang datang, apalagi jika mereka menyewa jukung untuk berburu lumba-lumba. Sekali sewa kami dibayar tiga ratus ribu rupiah,” ujarnya.
Suharjo mengharapkan pemerintah memperhatikan fasilitas yang tersedia di pulau ini. “Jika ingin dijadikan tempat wisata, fasilitas harus benar-benar diperbaiki.”ungkapnya. *